Senin, 10 Juli 2023

NASKAH UNSTRAT - "Anak-anak Bunga"

Sebuah naskah lakon musikal anak:

ANAK-ANAK BUNGA

Karya : Khasanah Rahmawati

 

Dramatik Persona:
    1. Kasih Kupu, berumur 9 tahun, lugu, cerdas, jujur, pecinta bunga, berambut pendek.
    2. Queen Malu, berumur 9 tahun, banyak bicara, tidak sabar, belum bisa mengucap kata “R”, gampang iri dan ingin segalanya secara instan, tubuhnya berisi.
    3. Bulan Harum, berumur 10 tahun, menengahi konflik Kasih dan Queen, imut, berambut keriting. 


Sinopsis :
    Taman itu hampir tidak pernah sepi pengunjung. Selalu saja ramai akan anak-anak bermain, suara gelak tawa mereka, deru kendaraan kota, suara air mancur, dan nyanyian burung. Di antara bunga warna-warni yang memenuhi taman itu, Kasih mengenggam bunga melati yang malang nasibnya karena belum memiliki rumah. Sore itu, Kasih dan teman- temannya berjanji untuk memberikan rumah baru bagi bunga melati milik mereka.
    Rumah katanya adalah tempat ternyaman untuk pulang dan beristirahat. Pada rumah juga, seseorang akan selalu diterima dan baik-baik saja selagi memiliki orang yang dicinta. Di sisi lain, pada banyaknya bunga yang bermekaran itu, Kasih, Queen, dan Bulan berusaha mencari rumah yang nyaman untuk bunga melati milik mereka. Pot yang mereka bawa menjadikan rumah baru untuk tumbuh dan berkembangnya bunga melati itu. Namun, perjalanan mencari pot/rumah baru untuk bunga melati tentu tidak mudah, karena mencari pot baru bagi bunga melati berarti pula mencari rumah yang cocok untuk bunganya tumbuh.
    Lantas rumah yang layak dan nyaman itu seperti apa? Apakah rumah menjadi tempat tumbuh dan mekarnya bunga seiring dengan tumbuh dan berkembangnya anak-anak? Lalu, tempat pulang dan berkembangnya anak-anak harus ke mana dan kepada siapa?

-


Sore di sebuah taman, terdengar cicit burung, deru kendaraan kota timbul-tenggelam, suara anak kecil bermain. Suara anak kecil yang perlahan membuka panggung, anak kecil itu seperti sedang berdendang, ia menyanyikan sebuah lagu. Ketika panggung terbuka, mata kita menangkap bahwa panggung itu serupa taman bunga, di sana terdapat sebuah kursi panjang tempat biasa orang-orang duduk melepas penat, di sisi yang lain terdapat air mancur kecil. Namun, mata kita tertuju pada bunga warna-warni yang memenuhi sejauh mata memandang. Bunga-bunga itu berasal dari cahaya proyektor. Dan suara anak kecil yang berdendang tadi, mulai bernyanyi lagu Bungaku – C. Simanjuntak, anak kecil itu bernama Kasih, ia seolah menari dengan bunga-bunga di taman, sebelum tangannya memilih bunga melati untuk ia genggam.

    Waktu menyingsing fajar
    Pagi sunyi senyap
    Matahari bersinar
    Mengganti malam gelap
    Nampak sekuntum bunga
    Di muka rumahku
    Kepala mas juwita
    Daunnya beledu
    Nampak sekuntum bunga
    Di muka rumahku
    Kepala mas juwita
    Daunnya beledu

Perlahan terlihat Queen dan Bulan yang mengendap-endap di antara bunga-bunga,
bermaksud untuk mengejutkan Kasih.

 Queen dan Bulan:
(Sambil berbisik) Satu.. dua.. tiga... do….
Kasih:
Kalian ngapain sih, sembunyi di situ, kaya belalang aja.
Queen:
Kamu enggak asyik, ah. Kan kita mau buat kamu kaget.
Bulan:
Iya, kamu enggak asyik ah, nyanyi kok sendirian enggak ngajak-ngajak kita.
Kasih:
Aku sedang menghafal tugas bernyanyi dari Ibu Guru, kalian kan berbeda lagunya sama yang
aku nyanyikan. (Terdiam).
Kasih:
Kok malah jadi mikirin nyanyi, sih. Kalian sudah bawa pot untuk bunga yang kita tanam
kemarin belum?
Queen:
Aku sudah bawa potnya.
Bulan:
Aku juga sudah bawa.
Queen:
Mana sini coba liat potmu, Bulan.
Bulan:
Tapi aku masih ingin bernyanyi.
Queen:
Ya ampun, Bulan. Sebel deh, tugas berkebun aja kita belum selesai, kamu malah ingin
bernyanyi.
Kasih:
Memangnya lagu yang kamu hafal apa, Bulan?
Bulan:
Lihat kebunku…
Queen:
Itukan lagu anak-anak.
Kasih:
Kan kita memang anak-anak, Queen.
Queen:
Yaudah deh, kita nyanyi aja.

Mereka menyanyikan lagu Lihat Kebunku – Ibu Sud
    Lihat kebunku penuh dengan bunga
    Ada yang putih dan ada yang merah
Kasih memotong nyanyian itu karena Queen tidak mengucapkannya dengan benar

Kasih:
Bukan melah, Queen. Yang benar itu merah

Queen mengangguk sebal, mereka melanjutkan kembali nyanyian itu
    Setiap hari kusiram semua
    Mawar, melati semuanya indah
Kasih kembali memotong nyanyian itu

 Kasih:
Queen, yang benar itu setiap hari kusiram semua bukan setiap hali kusilam semua. Mawar
bukan mawal.
Queen:
Ih! Sebel banget sama Kasih! Telselah deh!
Kasih:
Terserah, Queen bukan telselah…
Bulan:
Kok jadi berantem gini… Kasih, kamu jangan begitu, Queen masih belajar mengucapkan
huruf ‘R’.
Queen:
Bialin, bial tau lasa, kalo nanti nggak bisa ngomong ‘L’!
Kasih:
Maaf, Queen. Aku tidak tahu, aku tidak bermaksud mengejekmu.
Bulan:
Sudah maaf-maafan dulu. (Menarik jari kelingking Kasih dan Queen)
Kasih:
Maafin Kasih ya, Queen…
Queen:
Huhuh, jangan diulangi lagi ya, Kasih.
Bulan:
Kita latihan nyanyinya besok lagi saja yaa. Sekarang kita cari pot yang cocok untuk bunga
kita ini.
Kasih:
Coba tunjukan pot kalian.
Queen:
Aku bawa pot berwarna merah, ini (sambil menunjukkan potnya) sepertinya pot ini
(memikirkan sesuatu) cocok untuk bunga itu.
Bulan:
Tapi pot mu itu terlalu kecil (Bulan menimbang-nimbang pot yang dibawanya dan pot yang
dibawa Queen).
Kasih:
Coba lihat pot yang kamu bawa (berkata kepada Bulan).
Queen:
Potku paling cocok untuk bunga itu tahu! Punya kalian kebesaran!
Kasih:
Kita lihat dulu saja

Mereka bertiga berjejer diam mengamati pot dan bunga yang telah mereka persiapkan.
Kasih mencoba mencocokkan ukuran pot dengan ukuran kepalanya, ia membalikkan pot itu lalu ia pasang pada kepalanya seperti topi. Karena tadi ia sudah mencoba dan ukuran yang pas untuk pot rumah baru bunga itu harus seukuran kepalanya. Kasih mencoba pot Queen terlebih dahulu. Ia memasangkan pot itu pada kepalanya. Namun terlalu kecil. Kasih mulai bernyanyi sambil bergantian menaruh bunga melati yang dibungkus plastik dan pot milik Queen di kepalanya.

    Melati, kenanga, mawar, bakung, cempaka, dahlia, kamboja, semua bunga
    Sungguh cantik rupanya
    Lagi harum baunya
    Melati, kenanga, semua bunga.
Queen dan Bulan yang melihatnya, kini mengerutkan dahi.

 Queen:
Aneh banget…

Kasih kini mencoba pada pot Bulan. Sambil menyanyi lagi, ia memasangkan pada kepalanya seperti topi dan wajahnya hampir tertutup oleh pot.
    Melati, kenanga, mawar, bakung, cempaka, dahlia, kamboja, semua bunga
    Sungguh cantik rupanya
    Lagi harum baunya
    Melati, kenanga, semua bunga
Kasih berhenti bernyanyi dan memasang wajah cemberut karena tidak ada yang pot yang
pas seukuran kepalanya.

 Queen:
Kasih, kamu kenapa sih?
Kasih:
Tidak ada yang cocok.
Bulan:
Terus tadi kenapa potnya kamu pakai seperti topi begitu?
Kasih:
Seharusnya pot yang pas itu seukuran kepalaku. Dan pot kalian tidak ada yang pas dengan
kepalaku.
Queen:
Lalu potmu mana?
Kasih:
Tidak bawa.
Queen:
(Kesal) Kamu tidak bawa pot?
Kasih:
Enggak tuh (menggeleng).
Queen:
Tapi kamu menyuruh aku dan Bulan bawa pot?
Kasih:
Hooh (mengangguk).
Queen:
Ih Kasih, kamu yang bilang sendiri kalau sore ini kita berjanji berkumpul di taman untuk bawa pot kita masing-masing. Aku dan Bulan sudah bawa pot, kamu yang tidak bawa. Mana janjimu?
Kasih:
Aku sudah bilang pada Bulan kalau aku tidak punya pot di rumah, lalu Bulan bilang tidak apa-apa biar Bulan dan kamu saja yang bawa.
Queen:
Terus kamu seenaknya menyuruh kami gitu? Karena kamu tidak punya pot di rumah, bukan
berarti kamu tidak bisa membawa pot. Kamu kan bisa beli di pasar atau di toko bunga gitu.
Aku saja sudah mencari kesana kemari, kamu enak saja tidak bawa potnya.
Bulan:
Sudah Queen, habis ini kita cari bersama-sama saja potnya untuk bunga itu.
Queen:
Tidak mau, enak saja. Aku sudah susah payah mencari pot itu bersama ibukku, karena di rumah potnya sudah terpakai semua untuk bunganya ibu, di pasar juga tidak ada pot yang aku inginkan, makanya aku beli di toko bunga. Aku sudah mencari, pokoknya aku tidak mau mencari lagi. Kamu (berkata kepada Kasih) enak saja hanya menyuruh membawa pot, tapi kamu sendiri tidak membawa pot itu.
Kasih:
Tidak ada yang mengantarkanku ke toko bunga itu Queen, makanya- (Kasih belum selesai berbicara sudah dipotong oleh Queen).
Queen:
Kamu bisa naik sepeda kan? Kamu kan bisa naik sepeda untuk ke toko bunga.
Kasih:
Aku belum lancar naik sepeda, nanti nenekku mengkhawatirkanku.
Bulan:
Sudah-sudah. Kita coba saja taruh bunga melatinya itu di potku dan potnya Queen dulu. Sambil marah dan kesal Queen mencoba memasukkan bunga melatinya di pot yang ia bawa.
Queen:
Bawa sini bunganya Kasih.
Mereka kemudian mencoba meletakkan bunga melati itu di pot Queen terlebih dahulu.
Bulan:
Jangan dipaksa, itu bunga melatinya kebesaran untuk ditaruh di pot kecil itu. Potnya terlalu
kecil.
Queen:
Coba kita kurangi dulu tanahnya.
Mereka terus mencoba untuk memasukkan bunga melati pada pot milik Queen.
Kasih:
Tetap tidak muat Queen, potnya kekecilan untuk bunganya yang lumayan besar itu. Nanti bunganya tidak nyaman.
Queen:
Ah, ya sudahlah. Taruh saja bunganya ke pot milik Bulan.
Bulan mengambil potnya.
Bulan:
Bawa sini bunga melatinya Kasih
Mereka kemudian mencoba meletakkan bunga melati itu di pot milik Bulan.
Kasih:
Sisanya terlalu banyak, itu bunga melatinya kekecilan untuk ditaruh di pot besarnya itu.
Bulan:
Coba kita tambahi dulu tanahnya.
Mereka terus mencoba untuk memasukkan tanah lagi untuk bunga melati pada pot milik
Bulan.
Queen:
Jelek, terlalu kecil bunganya untuk pot yang besar itu
Bulan:
Ah, ya sudahlah.
Queen dan Bulan sama-sama berdiri, kesal, tanda mereka menyerah pada pot untuk rumah baru bunga melati itu. Sambil mengomel dan jalan yang diseret, Queen kemudian duduk di bangku taman menjauhi Kasih dan Bulan. Mereka bertiga sama-sama menatap pasrah ke arah pot dan bunga melati yang dibawanya.
Bulan:
Lalu bagaimana ini?
Queen:
Kalau kamu tahu ukuran bunganya, dan kamu sudah membayangkan kalau potnya seukuran kepalamu, kenapa kamu tidak bawa potnya sendiri Kasih?
Kasih:
Aku sudah bilang tadi- (belum selesai berbicara sudah dipotong Queen)
Queen:
Kan kamu bisa minta tolong ayahmu untuk mengantarkanmu ke toko bunga. Kalau begini kan aku dan Bulan sia-sia sudah membawa pot bunganya!
Kasih:
Kemarin bapak lembur kata nenek, bapak tidak pulang dari kerjanya, jadi aku tidak bisa minta tolong bapak untuk membelikan potnya.
Queen:
Hih, merepotkan.
Bulan:
Kamu tidak menelepon ibumu ya untuk membelikan pot bunga dan diantarkan ke rumahmu?
Kasih:
(Menggeleng) Nenek bilang tidak boleh menelepon ibu.
Queen:
Kamu kan bilang sendiri Kasih, kalau potnya itu nanti akan jadi rumah untuk bunganya tumbuh. Kita harus bawa pot masing-masing untuk mencari rumah yang paling bagus buat bunga melatinya. Kalau begini, kita tidak bisa memilih pot untuk bunganya tumbuh.
Kasih:
Maafkan aku...
Queen:
Huh, dasar, tidak menepati janji!
Bulan:
Sudah, sudah. Kita taruh di potku saja bunganya. Nanti juga bunga melatinya akan besar, tumbuh banyak, dan pasti akan pas dengan ukuran potnya. Kita tambahi dulu saja tanahnya lagi. Lagian Ibu Dwi juga tidak akan memarahi kita kalau potnya kebesaran.
Mereka kemudian menambahkan tanah pada pot besar yang berisi bunga melati tersebut.
Kasih:
Tapi kasihan, potnya terlalu besar, bunganya tidak nyaman. Harusnya pot baru ini jadi tempat
yang nyaman untuk bunganya.
Queen:
Sudahlah Kasih, seharusnya bunga itu dapat tumbuh di mana saja. Bunganya harus
menyesuaikan potnya untuk tumbuh besar.
Bulan:
Iya Kasih, nanti juga bunganya tumbuh besar dan banyak kan. Jadi dia harus dibiasakan dulu di tempat yang besar ini. Nanti juga kalau kita siram dan kita rawat, bunganya akan tumbuh besar, banyak, dan mekar! Sudah, tidak apa-apa bunga melatinya tidak nyaman dulu di pot itu. Nanti lama kelamaan bunganya juga bisa menyesuaikan diri di rumah barunya itu.
Kasih:
Baiklah

Mereka kemudian merapihkan pot baru yang berisi bunga melati tersebut. Mereka beri batu-batu untuk menghias bunga melatinya di pot sebagai rumah baru bunga tersebut. Setelah itu, mereka menyiraminya dengan air. Ketika mereka mulai menghias bunga melati, Kasih mulai menyanyi dan menari disusul oleh Bulan dan Queen.

    Bungaku yang indah
    Janganlah kau gundah
    Akan ku sirami bungaku
    Dengan kasih dan sayang

    Bungaku tak boleh layu
    Kupu-kupu tak sabar mendekatimu
    Bungaku yang cantik rupawan
    Sinarmu harus mengalahkan bintang

    Bungaku yang lugu
    Cepatlah tumbuh besar
    Berkembang dan mekar
    Kuat seutuhnya di rumah barumu

    Mari tumbuh bersama, na-na-na-na-na
    Mari tumbuh bersama, na-na-na-na-na
    Mekar kuat seutuhnya!

 

Selesainya nyanyian itu, maka luruh pula kemarahan di hati Queen. Mereka sama-sama tertawa melihat satu sama lain yang wajahnya kotor terkena tanah. Bulan kemudian menyatukan Kasih dan Queen berada di antara bunga melati yang sudah memiliki rumah baru. Bulan menggenggam tangan Kasih dan Queen. Tepat berada di atas bunga melati itu, mereka mengitari bunga melati dengan pot barunya dan saling bergandengan tangan tanda saling memaafkan. 

 Kasih:
M
aafkan aku ya Queen dan Bulan. Karena aku tidak membawa pot tadi, sekarang biar aku yang
membawa pulang bunganya saja, besok aku yang membawanya ke sekolah.

Queen dan Bulan:
Setuju!
Bulan:
Wah, ini sudah mau magrib, ibuku pasti sudah mencariku. Ayo, Quenn, kita pulang! Kami
pulang duluan ya, Kasih!

Queen:
Daaah, Kasih!
Bulan dan Queen pergi meninggalkan Kasih. Hari sudah mulai gelap, senja sudah
mengintip dari sudut barat. Matahari sudah mau tidur dan berganti posisi dengan Bulan.
Kasih masih mengamati bunga melati pada rumah barunya itu.
Kasih:
Maaf ya bunga melati, kami belum bisa menempatkanmu di rumah baru yang nyaman
untukmu. Tapi kamu harus tetap tumbuh besar, kuat, dan mekar yang cantik! Aku dan teman-
temanku nanti juga akan merawatmu! Sekarang aku juga harus pulang ke rumah, nenekku pasti
sudah khawatir.
Kasih berjalan dengan hati-hati sambil membawa pot berisi bunga melati itu. Ia pulang
menuju rumahnya. Dalam pikirannya, neneknya pasti menjadi satu-satunya orang yang
mengkhawatirkan dirinya karena sudah menjelang Magrib dan ia belum pulang. Dengan
senyum perih di wajahnya, Kasih pulang ke rumah neneknya, karena hanya pada neneknya
ia percaya bahwa dirinya akan selalu diterima dan baik-baik saja. Suara adzan maghrib
terdengar. Taman tersapu oleh cahaya senja, warna merah keemasan itu perlahan
menimbun bunga-bunga.
Perlahan gelap.
Gelap.

Selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POPULER