Gedung ajaib
karya hilman arun
ia menatap
layar ponsel hitam pekat
dengan beralaskan tikar lusuh
di tengah titik gedung tua saat matahari hilang dari peraban
saya kembali
menatap nya dengan tajam
layar ponsel nya kini gelap,
menandakan dia sudah berhenti
tepat pukul 20.17 dibawa remang cahaya pada saat itu
mereka berbicara
“ teori-teori itu semakin membuat kita gila”ucap seorang pria berkain biru,
yang sebenarnya saya tak mengetahui beliau siapa
ingin ku bertanya pada sudut tiang atau lampu remang dia gedung itu
sayang keberanian ku tak seperti rahwana untuk menanyakan beliau siapa
saya bertemu pria jaket kuning,
dia teman terdekat saya saat masa itu
ingatan diri saya kembali kemasa itu
saya tahu benar saya menghabiskan malam bersama iringan dialog-dialog itu
“ ah itu benar benar sangat melelahkan “
gumam saya dalam rotasi fikiran saya
mereka terdiam
di atas kursi, di bawa atap merkea berkumpul
menjadi lingkaran untuk mengerjakan sesuatu yang diberi oleh pria berkain biru
dibawah atap gedung sastra yang kini sudah mulai berjamur
pecernaan saya sakit
kaki besar ini kemudian menegakan tumpuanya dengan sandal kulit coklat
sudut mata kini bermain bersama gedung ini
interaksi manusia menjadi seperti pasar saat 3 pria di pojok gedung tertawa tiba-tiba,
“ jadi ngeri ngeliatnya “ sambil tertawa kecil pria berkain biru itu kembali berbicara
gedung ini,
membuat saya faham tentang insa-insan baru, yang saya tau pria berkain biru adalah seseorang yang mengerti dari bagian dari tugas ini, tugas yang membuat saya bercerita
bagaimana malam ini saya berniat beranjak menuju gedung ajaib ini, yang semula saya hilang dari peradaban gedung ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar